Mengatasi Takut Ketinggian
Jangan heran jika orang sedang stres bisa nekat bunuh diri dengan
cara meloncat dari gedung bertingkat. Bagi penderita akrofobia alias
takut ketinggian sekalipun, hormon stres bisa membangkitkan nyali untuk
naik ke tempat yang tinggi.
Efek ini terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari
Basel University di Swiss. Dalam penelitian tersebut, tim ahli yang
dipimpin Dr Dominique De Quervain melibatkan 40 orang pasien akrofobia
atau penyakit takut ketinggian.
Para pasien yang seluruhnya sedang menjalani terapi psikologis ini
dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing diberi perlakuan berbeda. Satu
kelompok mendapatkan plasebo, kelompok lainnya mendapat tablet kortisol
yang dikenal sebagai hormon pemicu stres.
Sebulan setelah mengkonsumsi obat tersebut, para pasien dilibatkan dalam
simulasi virtual naik ke tempat yang sangat tinggi. Ketakutan yang
dirasakan para pasien diukur dengan kuesioner dan sensor keringat dingin
yang dipasang di permukaan kulit.
Hasilnya, pasien yang mendapatkan hormon kortisol lebih sedikit
mengeluarkan keringat dingin dibandingkan pasien yang hanya mendapatkan
plasebo. Hal ini membuktikan, kombinasi terapi psikologis lebih ampuh
mengatasi takut ketinggian jika dikombinasikan dengan kortisol.
"Pemberian kortisol memberikan efek yang cukup signifikan. Selain itu,
efeknya bertahan lama karena masih dirasakan hingga 1 bulan berikutnya,"
ungkap Dr Dominique dalam laporannya di jurnal Proceeding seperti
dikutip dari Telegraph, Selasa (29/3/2011).
Akrofobia atau takut ketinggian merupakan gangguan psikosomatis yang
ditandai dengan gejala panik, pusing dan berkeringat dingin. Bentuk
kegelisahan yang paling sering muncul pada pasien saat berada di tempat
tinggi antara lain segera jongkok, berlutut atau bahkan merangkak.
Jadi, jika anda memiliki ketakutan atas ketinggian, hal tersebut bisa menghilangkan atau mungkin mengurangi ketakutan anda.
Sumber : Forum.vivanews.com (Ditambahkan seperlunya)